Sedikitnya 20 buah bemo berjajar membentuk dua baris mengantri untuk dipenuhi oleh para penumpang dari Benhil hingga Pejompongan. Salah satu yang tengah menunggu antrean ialah Kodim. Pria berusia 55 tahun itu tengah melepas lelah di dalam bemo miliknya.
"Beginilah jikalau siang. Cuaca panas bikin tubuh gerah. Maklumlah si kuda besi ini nggak ada pendinginnya menyerupai kendaraan beroda empat pejabat yang terkadang digunakan dengan uang rakyat," ungkap Kondim, setengah menyindir.
Perkataan laki-laki paruh baya itu memang tidak salah. Di siang hari bemo memang dirasa lebih menyengat. Kerangka yang terbuat dari besi, semakin menyerap panas matahari ditambah dengan atap yang rendah.
"Konsekuensinya. Namanya juga kerja kuat-kuatin, demi keluarga apapun saya lakukan. Biar dibilang panas atau hujan juga harus tetap jalanin, soalnya jikalau enggak menyerupai itu ya nggak dapat makan," ucapnya, benar.
Kodim memang bukan orang gres di kalangan penarik bemo. Dirinya yang sudah bergelut sebagai sopir bemo semenjak 45 tahun silam dianggap sebagai satu sesepuh di pangkalan.
"Ha ha ha, sebab sudah lama, makanya belum dewasa manggil saya Abah. Dari pangkalan yang dulunya rimbun akan pepohonan, hingga ya kini ini. Gersang dan nggak teratur," kecewanya seraya mengingat.
Berbicara mengenai bemo, kendaraan roda tiga ini yang merupakan kendaraan asal Jepang keluaran pabrik Daihatsu tersebut merambah Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Bisa dibilang, bemo merupakan darah daging bagi para "dorongan", bahkan juga daerah tinggal mereka.
Ternyata benar adanya. Bemo bukan hanya sekedar alat mediator pendorong bemo dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Banyak dari para pendorong kendaraan bemo ini kini dijadikan sebagai daerah tinggal. Salah satunya yaitu Kodim, sementara istri dan anaknya tinggal di Bandung.
Kodim memang sudah mendengar informasi mengenai penarikan bemo dari jalanan Ibu Kota semenjak lama. Meski demikian ia tak ambil pusing mengenai kisruh rencana tersebut. Menurutnya, ia tidak takut apabila bemo akan ditarik, sebab itu pemerintah, jadi rakyat harus ikut kata pemerintah. Demi kebaikan bersama.
Sebagai sopir bemo memang tidak banyak para pendorong bemo harapkan dari pemerintah. Meskipun di Benhil hanya ada 90 jumlah bemo yang masih aktif, Kodim dan rekan lainnya mengimbau kepada pemerintah untuk tidak hanya melihat dari jumlah tersisa.
Karena baginya, pemerintah harus melihat lebih dalam, ada anak, istri, dan juga masyarakat yang masih tergantung dengan bemo ketika kemana-mana. Apabila pemerintah melaksanakan penghapusan, akan lebih baik pikirkan juga solusinya. Diganti atau diremajakan. Karena, makan sehari-hari hanya dari kendaraan beroda empat renta berjiwa muda tersebut.