Wednesday 21 September 2016

Viral !! Serba-Serbi Transfusi Darah

"Setetes darah kau sangat berharga menyelamatkan nyawa sesama." Istilah itu tentu sering kita dengar. Ya, tak sedikit orang yang mengalami masalah kesehatan sehingga membutuhkan "asupan" darah yang dalam bahasa medis disebut transfusi darah. Serperti apa ketentuannya?

Transfusi darah merupakan suatu upaya tindakan medis terhadap sesorang atau pasien yang membutuhkan banyak darah.

Menurut Dr. Silvia Dewi, sp.PD dari RS Hermina Bogor, secara definisi. transfusi darah yakni proses menyalurkan darah atau komponen darah dari seseorang ke orang lain. Transfusi sanggup berupa darah secara keseluruhan (whole blood) atau sel darah (pack red cell), komponen darah berupa keping pembekuan darah (trombosit), darah putih (leukosit), plasma darah, cryopresipitat atau fresh frozen plasma.

Empat Kondisi

Transfusi darah dilakukan pada seseorang dengan aneka macam kondisi menyerupai berikut ini:

1. Mengalami kecelakaan
Misalnya, korban kecelakaan kemudian lintas yang sangat fatal mengalami pendarahan yang sangat banyak sehingga membutuhkan penanganan cepat dan transfusi darah sebagai upaya evakuasi nyawanya.

2. Menjalani pembedahan atau operasi
Pasien yang menjalani operasi mungkin saja mengalami kehilangan banyak darah, sehingga membutuhkan upaya transfusi darah biar sel darah merah tidak menurun.

3. Perdarahan berat ketika melahirkan
Seorang ibu yang melahirkan didapati mengalami perdarahan berat (perdarahan postpartum) yang berisiko menimbulkan anemia atau kekurangan sel darah merah yang sanggup berdampak fatal berupa kematian. Untuk mencegah hal itu, diharapkan transfusi darah.

4. Mengalami penyakit tertentu
Ada aneka macam kondisi pasien dengan penyakit tertentu yang berisiko mengalami perdarahan. Di antaranya adalah:
  • Pasien dengan mag kronis dan berisiko perdarahan
  • Anemia hemolitik atau trombositopenia yang sanggup menjadikan kerusakan sel darah dalam jumlah besar
  • Penyakit sumsum tulang yang mengakibatkan produksi sel darah terganggu, contohnya anemia aplastik
  • Pasien hemofilia yang berisiko mengalami gangguan produksi beberapa komponen darah
  • Pasien thalamesia yang mengalami gangguan pada hemoglobin dalam sel darah merah. Pada pasien yang parah mungkin butuh transfusi darah
  • Pasien dengan kerusakan hati yang parah. Kondisi ini mungkin membutuhkan transfusi plasma darah atau transfusi albumin/protein darah
  • Pasien kanker berisiko mengalami penurunan produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Di sisi lain, pengobatan kemoterapi juga sanggup menurunkan produksi darah. Maka pasien kanker juga mungkin membutuhkan transfusi darah
Pemeriksaan Ketat

Di Indonesia, pengobatan acara transfusi darah dilakukan oleh PMI (Palang Merah Indonesia). Lembaga inilah yang bertugas mengumpulkan atau menghimpun kantong-kantong darah dari para pendonor. Darah yang tersedia di bank darah dikumpulkan dari para pendonor sukarela. Selanjutnnya, stok darah ini didistribusikan ke pelayanan kesehatan atau rumah sakit yang membutuhkan pasokan darah.

Memang diakui, tak sedikit yang mencurigai keamanan darah transfusi ini. Mengenai kekhawatiran ini, pihak PMI menyatakan bahwa darah transfusi di Indonesia relatif kondusif dan bebas dari segala macam penyakit berbahaya. Pasalnya, untuk menjamin keamanan, investigasi yang ketat dilakukan terhadap setiap darah donor sehingga jarang sekali ditemui seseorang yang mendapatkan penyakit dari darah donor.

Perlu diketahui, sebelum donor darah dilakukan, calon pendonor wajib melaksanakan investigasi kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita. Hanya calon yang lolos skrining ini yang sanggup mendonorkan darahnya.


Kemudian, darah dari pendonor ini tidak serta merta sanggup eksklusif didistribusikan ke rumah sakit atau diberikan kepada pasien yang membutuhkan darah. Akan tetapi, darah ini akan diperiksa lagi untuk mengetahui apakah mengandung penyakit berbahaya atau tidak. Upaya yang dilakukan yakni analisis investigasi seriologi untuk menguji kelayakan darah sehingga bebas dari penyakit. Jika ditemukan suatu masalah maka darah tersebut akan dibuang.

Selanjutnya, darah yang lolos seleksi dipisahkan komponen darahnya, yaitu sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan plasma. Kemudian, darah ini disimpan di bank darah atau dikirim untuk segera sanggup digunakan.

Nah, darah yang tersimpan di bank darah tidak sanggup disimpan dalam waktu lama. Karena itu, bank darah PMI sangat membutuhkan para pendonor sukarela guna mencukupi keperluan darah yang terus meningkat setiap hari.

Risiko Ringan Tranfusi

Berapa usang proses transfusi darah? umumnya berlangsung sekitar satu sampai dua jam tergantung komposisi darah yang terima dan beberapa banyak darah yang dibutuhkan.

Tentunya sebelum dilakukan transfusi, golongan darah dan stafus Rhesus (Rh) pendonor dan akseptor darah akan dicocokkan terlebih dahulu. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan perbedaan atau ketidakcocokan golongan darah. Angka tragedi masalah ini memang kecil, akan tetapi bila ini terjadi sanggup berisiko menimbulkan reaksi.

Ya, ketika mendapatkan darah transfusi, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi karena menilai darah yang masuk yakni "benda asing". Tubuh akan menolak darah yang masuk dan berusaha menghancurkannya.

Jadi, pasien tetap sanggup mengalami risiko/reaksi ringan akhir transfusi darah meski telah diupayakan pencocokan golongan dalah dan dilakukan sesuai prosedur. Meski begitu, transfuis darah jarang menimbulkan komplikasi.

Berbagai reaksi tersebut di antaranya:
  • Demam
  • Kelebihan zat besi
  • Radang paru
  • Alergi
  • Grafy-versus-host-disease
Pentingnya Golongan Darah

Golongan darah yang sangat penting dalam transfusi darah yakni sistem ABO dan Rhesus. A, B, AB dan O yakni penggolongan darah dalam sistem ABO. Setiap tipe pada sistem ABO mempunyai nilai positif dan negatif. Nilai ini dikenal dengan faktor Rhesus. Misalnya, kalau kau mempunyai golongan A plus artinya kau mempunyai golongan darah A pada sistem ABO dan faktor Rhesus kau yakni positif.

Syarat Pendonor Darah

Calon pendonor darah harus memenuhi kriteria untuk sanggup mendonorkan darahnya, yaitu keadaan umum yang baik, usia 17-65 tahun, berat tubuh 50 Kg atau lebih, tidak demam, frekuensi dan irama denyut nadi normal, tekanan daah 50-100/90-180 mmHg, dan tidak ada lesi kulit berat.

Persyaratan yang lain yakni menjadi donor paling usang minimal 8 ahad yang lalu, tidak hamil, tidak menderita TBC aktif, tidak menderita asma bronkial simptomatik, pasca pembedahan (6 bulan pasca operasi besar, luka operasi telah sembuh pada operasi kecil, minamal 3 hari sehabis ekstraksi gigi/ pembedahan mulut, tidak ada riwayat kejang, tidak ada riwayat perdarahan abnormal, tidak menderita penyakit abses yang menular melalui darah.

Calon donor darah harus menerima imunisasi atau vaksinasi terlebih dahulu biar sanggup diterima sebagai donor kalau tidak ada tanda-tanda sehabis tindakan tersebut. Semua calon donor wajib menerima informed consent berserta klarifikasi mengenai risiko transfusi.

Reaksi pada donor jarang terjadi. Reaksi yang umum terjadi yakni rasa lemas, nafas meningkat, sinkop, pucat, pusing, dan mual. Reaksi yang jarang terjadi yakni kejang, kehilangan kesadaran, atau berkemih dan juga masalah jantung.